SAOKAREBA – Salah satu alasan yang membuat petahana Budiman-Akbar kalah dari Ibas-Puspa menurut survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA karena faktor personality atau kepribadian.
Salah satu poin pertanyaan dalam survei kepribadian itu adalah perhatian terhadap rakyat, ternyata Budiman-Akbar dianggap kurang merakyat dibanding Ibas-Puspa.
Dalam konferensi pers di Makassar, Sabtu 23 November 2024, peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman membeberkan alasan petahana pada Pilkada Luwu Timur 2024, Budiman-Akbar selalu kalah dalam tiga kali survei LSI Denny JA.
Termasuk pada survei terbaru LSI Denny JA yang dirilis empat hari jelang hari ‘H’ Pilkada Serentak.
Pada survei terbaru LSI Denny JA tersebut, pasangan Ibas-Puspa merajai dukungan Pilbup Lutim dengan elektabilitas 45,1 persen.
Sementara petahana Budiman-Akbar dukungannya hanya sebesar 38,3 persen,
sedangkan perolehan dukungan paslon Isrullah-Usman Sadik di posisi ketiga dengan 9,1 persen.
“Keunggulan elektabilitas Ibas-Puspa sebagai penantang terkuat atas petahana, sekitar 7 persen,” kata peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman, Sabtu.
Dalam beberapa bulan terakhir, LSI Denny JA sudah tiga kali melakukan survei Pilkada Luwu Timur 2024. Hasilnya, Petahana selalu di bawah Ibas-Puspa.
Menurut Ikrama, ada empat alasan mengapa Budiman-Akbar selalu di posisi kedua, di bawah Ibas-Puspa.
Empat alasan ini merupakan kesimpulan dari tiga kali survei yang dilakukan LSI Denny JA. Berikut rinciannya.
- Luwu Timur Tidak Maju
Dari hasil survei LSI Denny JA, ternyata sebagian besar masyarakat Luwu Timur menilai daerah berjuluk Bumi Batara Guru ini tidak ada kemajuan di era Budiman-Akbar sebagai bupati dan wakil Bupati Luwu Timur.
“Sentimen daerah gini-gini saja,” kata Ikrama.
Sentimen itu membuat sebagian besar masyarakat menginginkan adanya perubahan atau pergantian kepala daerah.
“Pemilih ketika ditanyakan bagaimana keadaan kehidupan mereka sehari-hari, tabulasi angka yang menganggap kondisinya sama saja atau tidak ada perubahan dan kondisinya lebih buruk, angkanya sebesar 53,7 persen,” jelas peneliti senior LSI Denny JA itu.
- Persepsi Keberhasilan Budiman-Akbar Rendah
Alasan kedua Budiman-Akbar selalu kalah dari Ibas-Puspa adalah faktor Tingkat Approval Rating yang kurang mengembirakan.
Menurut Ikrama, petahana yang kuat, biasanya mengantongi tingkat persepsi keberhasilan minimal 75 persen, namun dari survei LSI Denny JA tingkat keberhasilan petahana Luwu Timur Budiman – Akbar Andi Laluasa ternyata rendah.
“Tingkat keberhasilannya sebesar 65 persen dan 56,7 persen. Bahkan ada yang menganggap kurang berhasil atau tidak berhasil sama sekali sebesar 31,6 dan 28 persen,” lanjutnya.
- Kurang dari Setengah Warga Lutim Ingin Budiman-Akbar Oppo
Alasan ketiga dan ini tampaknya cukup mencolok adalah mayoritas warga Luwu Timur tidak ingin petahana ‘oppo’ atau ogah Budiman-Akbar kembali jadi bupati dan wakil bupati Lutim.
“Warga yang ingin Budiman-Akbar menjabat kembali di bawah 50 persen. Tepatnya, 43,4 persen yang menginginkan Budiman menjabat kembali dengan 32 persen yang tidak menginginkan dan yang tidak menjawab 24 persen.
Begitu juga dengan Akbar Andi Laluasa, hanya 34,8 yang menginginkannya jadi wabup lagi, dengan 30,9 persen yang tidak menginginkan dan yang tidak menjawab 34,3 persen.
- Tidak Merakyat
Alasan terakhir adalah kepribadian Budiman yang tidak diterima baik masyakarat Luwu Timur. Salah satunya, dianggap tidak merakyat.
Menurut Ikrama, petahana kalah dari aspek personality dibanding penantang Irwan Bachri Syam atau Ibas.
Dari semua aspek personality Budiman, seperti menyenangkan, jujur, pintar, mampu mengambil keputusan, berwibawa, perhatian terhadap rakyat, taat beragama dan dermawan, Ibas unggul dengan selisih 5 sampai 14 persen.
“Begitu juga Petahana Wakil bupati, di mana Petahana kalah dari aspek personality dibanding penantang Puspawati Husler atau Ibas,” kata Ikrama.
Menurutnya, berdasarkan penelitian LSI Denny JA, ditinjau dari semua aspek personality Akbar Andi Leluasa, seperti menyenangkan, jujur, pintar, mampu mengambil keputusan, berwibawa, perhatian terhadap rakyat, taat beragama dan dermawan, kalah dengan selisih 11 sampai 21 persen dibanding Ibas.