SAOKAREBA – Pejuang Muda Wija To Cerekeng atau PM-WTC, salah satu nominator calon penerima penghargaan Kalpataru Tahun 2024 dalam kategori penyelamat lingkungan.
PM-WTC dikunjungi oleh tim penilai Kalpataru yang terdiri dari Emi Mardiati (KLHK), Orlando Valentin (PSKL), Oktofin Pali (DLHK Provinsi Sulsel), A Cudai Burhanuddin (DLHK Provinsi Sulsel) dan Fitrianti (DLHK Provinsi Sulsel), Rabu (24/4/2024).
Tim Penilai ke hutan adat lengkong yang berada di wilayah pesisir, Kemudian menuju ke lokasi berikutnya yaitu bulu Pemsimoni, dilanjutkan dengan ke lokasi terakhir yaitu ke Sekret PM-WTC yang berlokasi di Desa Cerekang.
Disini, tim melakukan wawancara terkait kegiatan PM-WTC dan dampak yang dirasakan dengan adanya kegiatan PM-WTC.
Wawancara dilakukan kepada ketua PM-WTC, Penasihat PM-WTC, Perwakilan dari pemerhati lingkungan yaitu Wallacea, Kepala Desa Manurung, dan Mahasiswa.
Dalam legenda Masyarakat Adat To Cerekeng, ada kepercayaan yang kuat bahwa asal-usul mereka tak terpisahkan dari cerita tentang Batara Guru yang turun dari langit, yang dalam bahasa lokal mereka sebut sebagai Panonno Pole Boting Langi.
Batara Guru tidak hanya menjadi pemimpin, tetapi juga penjaga keseimbangan antara dunia manusia dan alam, serta pelayan setia Sang Penguasa Alam.
Prinsip-prinsip kedamaian antara manusia dan alam yang diajarkan oleh Batara Guru masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat To Cerekeng.
Mereka mengamalkan cara hidup yang menghormati alam, seperti berladang tanpa merusak ekosistem, dan mengambil sumber daya alam dengan penuh kebijaksanaan.
Namun, keresahan timbul ketika lahan hutan tradisional di Desa Manurung mulai beralih fungsi menjadi kebun dan tambak. Ancaman ini semakin nyata dengan pesan dari leluhur mereka, yang memperingatkan tentang bencana yang akan terjadi jika hutan adat mereka rusak.
Sebagai respons terhadap panggilan hati dan kebutuhan mendesak untuk melindungi lingkungan mereka, pada tahun 1999, generasi muda Desa Manurung yang juga bagian dari Masyarakat Adat To Cerekeng mendirikan organisasi yang dikenal sebagai “Pejuang Muda Wija To Cerekeng” (PM-WTC). Mereka bekerja sama dengan Yayasan Bumi Sawerigading (YBS) untuk mengambil langkah-langkah preventif dan melindungi hutan adat di wilayah mereka.
Berikut adalah beberapa kegiatan yang dilakukan oleh PM-WTC dalam upaya Pencegahan dan Perlindungan Kawasan Hutan Adat To Cerekeng :
- Pemetaan Kawasan Hutan Adat : Melibatkan berbagai pihak seperti Balai Perhutanan Sosial, Pemda Luwu Timur, dan NGO, PM-WTC melakukan pemetaan untuk mengumpulkan informasi penting tentang topografi, geologi, dan flora fauna di wilayah hutan adat Cerekang.
- Pemasangan Patok Batas dan Papan Larangan : Untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di dalam hutan adat, serta mencegah pencurian kayu dan perubahan fungsi lahan.
- Patroli Pengamanan Kawasan Hutan Adat : Melakukan patroli untuk melindungi hutan adat dari pencurian kayu dan perubahan fungsi lahan.
- Penanaman Pohon : Melakukan penanaman pohon sebagai upaya memperkuat batas alam di sekitar hutan adat.
- Pembersihan Sampah di Sungai Cerekang : Sungai Cerekang memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu, kebersihan dan kelestariannya sangat penting untuk dijaga.
- Pendidikan Lingkungan : Mengadakan kelas ekologi bagi anak-anak sekolah dan kelas “Passikola Kampong” untuk orang dewasa, dengan tujuan memberikan pemahaman akan pentingnya melestarikan lingkungan.
Melalui upaya kolaboratif ini, PM-WTC berperan sebagai penjaga lingkungan yang gigih dan pejuang yang tak kenal lelah untuk melindungi warisan alam dan budaya Masyarakat Adat To Cerekeng. Dengan dedikasi mereka, mereka layak diakui sebagai calon penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2024 dalam kategori Penyelamat Lingkungan.